Mahir menulis lagu
Menggunakan overtone dalam komposisi
lagu
Untuk
menambahkan energi dan meningkatkan momentum dinamika dari lagu, kita dapat
menggunakan overtone. Overtone
(yang merupakan bagian dari modulasi) adalah menaikkan skala lagu pada bagian
transisi lagu, seperti dari Chorus menuju Bridge, atau dari Instrumental menuju
Coda. Overtone sudah sering dan banyak dipakai di lagu-lagu hits, terutama
lagu-lagu pada masa tahun ’90an.
Mengubah
skala lagu pada bagian transisi dapat dilakukan dengan menggunakan overtone
skala yang berada satu step (dua semitone) di atas skala sebelumnya. Ini
merupakan penggunaan overtone yang paling umum, karena menghasilkan peningkatan
energi dan dinamika yang sederhana dan efektif – memberikan kesan megah dan
resolusi yang kuat yang dicari pendengar lagu ketika telinga mereka sudah
memerhatikan dari awal. Penggunaan overtone dalam komposisi kita bisa dengan
dua cara:
(1)
Menggunakan chord transisi, yang biasanya adalah chord IV/V. Contoh:
Ketika
hendak overtone dari skala G Mayor ke A Mayor, maka chord transisi adalah
(dengan menggunakan progresi chord contoh):
D/E
mengubah chord D yang sebelumnya adalah chord dominan dari skala G Mayor
menjadi chord sub-dominan dari skala A Mayor setelah ditambahkan bass dengan
not E sambil tetap memainkan chord D. Chord transisi ini biasanya dimainkan
untuk durasi 1/2 bar bila chord yang sebelumnya dimainkan selama 1 bar (atau disebut
Fill In).
(2) Langsung berpindah ke skala yang
dituju
Meski
beresiko terdengar mendadak atau janggal, langsung memindahkan skala bisa juga
dilakukan tanpa menggunakan chord transisi. Contoh untuk progresi chord yang
sama:
Bila
perubahan langsung terdengar terlalu mendadak, kita bisa menambahkan melodi
yang sudah bermain pada skala overtone untuk menjembatani transisi antara
skala:Gunakanlah overtone dalam
komposisi Anda berikutnya! Apakah contoh-contoh overtone lain yang Anda tahu,
atau pernah Anda gunakan dalam komposisi pribadi?
Chord
yang sering dipakai dalam musik Pop
Tentunya
perkembangan musik populer tidak lepas dari perkembangan teknologi (penemuan
gitar listrik menghasilkan musik rock and roll atau teknologi digital
mempopulerkan penggunaan musik berbasis
sampling); tetapi perangkat harmoni dan melodi yang digunakan tetap
sama. Setiap gaya musik memiliki kosakatanya masing-masing (contohnya musik
dance memiliki pergerakan harmoni yang minimal, beda dengan musik pop era
1990-an yang lebih bergerak secara harmonis). Namun untuk gaya musik pop yang
beredar selama 10 – 20 tahun terakhir, chord yang digunakan pada dasarnya
adalah chord-chord diatonis.
Apakah Chord Diatonis?
Chord
diatonis adalah chord yang tersusun dari triad not-not dalam satu
skala yang bersangkutan.
Sehingga berdasarkan definisi itu kita juga memiliki not-not diatonis
– yaitu not-not yang ada dalam sebuah skala tertentu. Untuk lebih jelasnya,
mari kita lihat contoh berikut:
Sebagai
contoh, skala C Mayor memiliki not-not diatonis:
C
– D – E – F – G – A – B – C’
Not-not
ini kita dapatkan menggunakan rumus skala Mayor. Chord diatonis bisa kita susun
menggunakan triad yang terdiri dari not-not diatonis tersebut. Dalam skala C
Mayor, chord-chord diatonis adalah:
C Mayor ( C ) = C – E – G
D Minor
( Dm ) = D – F – A
E Minor
( Em ) = E – G – B
F Mayor
( F ) = F – A – C
G Mayor
( G ) = G – B – D
A Minor
( Am ) = A – C – E
B
Diminish ( Bdim ) = B – D – F
Dalam
lagu pop masa sekarang, chord-chord diatonis inilah yang biasanya digunakan
untuk mengkomposisi sebuah lagu. Tentunya, semakin luas kosakata musikal yang
kita gunakan, semakin ekspresif lagu yang bisa kita hasilkan. Tetapi dengan
seperangkat chord diatonis seperti diatas, sudah sangat bisa menjadi bekal
untuk menulis lagu yang bagus.
Contoh
progresi chord diatonis dalam lagu pop:
C
– G – Am – F – G
C
– Am – G – F – C
Am
– F – C – G
Temukan progresi chord diatonis
lain yang menyenangkan untuk teman-teman! Bagikan pengalaman teman-teman
mengkomposisi sebuah lagu menggunakan chord diatonis!
Apakah chord musik pop terbatas
pada chord diatonis? Tidak! Berikutnya kita akan melihat penggunaan chord-chord
lain untuk memperkaya khasanah musikalitas kita!
Menggunakan substitusi Chord untuk variasi
aransemen dalam sebuah lagu
Substitusi chord dicapai dengan mengganti suatu chord
diatonis dengan chord diatonis (atau non-diatonis) lainnya. Chord diatonis
adalah chord-chord yang tersusun dari triad yang disusun pada setiap derajat
skala yang bersangkutan. Contoh
sederhananya adalah:
Sebagai
contoh, ambil sebuah progresi chord sederhana I-IV-V-I. Berjuta-juta telinga telah terbiasa
mendengar progresi chord ini, karena ini adalah sebuah progresi yang kuat dan
jelas pergerakannya (dengan harmoni yang sangat mudah ditebak, karena saking
sering digunakan dalam komposisi modern). Supaya kita bisa menghasilkan sesuatu
yang berbeda, maka kita bisa mengganti chord-chord tertentu dengan chord lain
supaya terjadi transisi harmoni yang tidak biasa.
Chord diatonis Skala C major: C-Dm-Em-F-G-Am-Bdim-C
Chord I-IV-V-I untuk Skala C major:
C-F-G-C
Substitusi chord dicapai dengan mengganti suatu chord
diatonis dengan chord diatonis (atau non-diatonis) lainnya. Chord diatonis
adalah chord-chord yang tersusun dari triad yang disusun pada setiap derajat
skala yang bersangkutan. Contoh
sederhananya adalah:
Sebagai
contoh, ambil sebuah progresi chord sederhana I-IV-V-I. Berjuta-juta telinga telah terbiasa
mendengar progresi chord ini, karena ini adalah sebuah progresi yang kuat dan
jelas pergerakannya (dengan harmoni yang sangat mudah ditebak, karena saking
sering digunakan dalam komposisi modern). Supaya kita bisa menghasilkan sesuatu
yang berbeda, maka kita bisa mengganti chord-chord tertentu dengan chord lain
supaya terjadi transisi harmoni yang tidak biasa.
Chord diatonis Skala C major: C-Dm-Em-F-G-Am-Bdim-C
Chord I-IV-V-I untuk Skala C major:
C-F-G-C
C-F-G-Am
C-F-G-F
C-Dm-Em-F
Sedang contoh substitusi chord non-diatonis yang bisa dilakukan:
C-Dm-Em-Fm
C-F-E-Am
Am-Dm-E-Am
Bisa dilihat contoh substitusi
chord non-diatonis terakhir menghasilkan timbre dan karakter suara yang sama
sekali berbeda dengan progresi semula (bahkan bisa dikatakan dia bermain di
skala yang berbeda, yaitu skala relative minor dari C major). Dengan
menggunakan substitusi chord, kita bisa menjelajah ekspresi emosi yang lebih
luas daripada sekedar harmoni yang sudah biasa kita dengar sehari-harinya.
Nada Dasar
Untuk
membuat sebuah transisi yang baik, hindarilah menyusun dua lagu yang nada
dasarnya sangat berbeda secara berurutan, terutama pada lagu yang bertempo
lambat (atau yang sering disebut lagu ‘penyembahan). Mengapa? Karena jika tim
musik kita tidak hati-hati, maka transisinya tidak akan smooth dan
bahkan bisa saja mengganggu jemaat.
Jika
kita mengerti konsepnya, maka dengan transisi chord yang tepat berdasarkan
family chord-nya, maka perpindahannya akan terdengar mulus.
Setiap
chords memiliki family chords yaitu nada ke 4 mayor, nada ke 5
mayor, dan nada ke 6 minornya. Mari amati penjelasan berikut ini:
Nada Dasar Chord
ke-4 mayor Chord ke-5 mayor Chord
ke-6 minor
C
F G Am
D G A Bm
E A B C#m
F Bb C Dm
G C D Em
A D E F#m
B E F# G#m
hindari
juga melakukan transisi dengan memilih lagu dengan nada dasar lebih rendah dari
sebelumnya, kecuali bisa melakukan transisi dengan prinsip family chord
tadi.
Untuk
lagu yang bertempo cepat, masih bisa lebih fleksibel, namun sebaiknya pola di
atas dipertahankan.
Cara membuat chord transisi
Yang
dimaksud dengan kord transisi (atau kord jembatan) adalah kord yang terletak antar kord.
Kord transisi ini bisa dipakai atau tidak dipakai. Kalau dipakai, efeknya bisa
membuat lagu Anda terdengar lebih ber variasi dan berwarna
kord
transisi diletakkan antara kord C Mayor dan F Mayor. Progresi kord “mentah”
yang digunakan adalah: C – F
Ini
adalah progresi kord sangat sederhana. Karenanya, agar progresi ini terdengar
lebih meriah, Anda bisa menambahkan kord transisi diantaranya. Mas Anton
memberikan contoh kord transisi: C – C7 – F
Kord transisi ini memiliki durasi
lebih singkat dibanding kord utama. Misalnya, tadinya kord C Mayor dimainkan
selama 4 ketukan, lalu kord F Mayor juga 4 ketukan. Dengan adanya kord transisi
C7, kord C Mayor dimainkan 2 ketukan, kord C7 dimainkan 2 ketuka juga, lalu F
Mayor 4 ketukan:C – C – C – C | F – F – F – F
menjadi
C – C – C7 – C7 | F – F – F – F
(setiap satu huruf melambangkan satu ketukan)
Dari mana asal usul C7 bisa menjadi kord transisi?
Sebenarnya, munculnya kord C7 sebagai transisi bukan dari antah berantah ataupun wejangan setelah semedi sebulan lebih di gua pedalaman. Namun, kord transisi ini berasal dari sebuah rumus jazz standar yang sudah digunakan hampir 100 tahun lamanya.
Rumus jazz ini adalah: ii – V – I
Rumus ini yang disebut 2 – 5 – 1 sangat sering dipakai di
musik jazz dan musik genre lainnya. Anda bisa menggunakan rumus ini untuk
mendapatkan kord transisi (seperti yang dijelaskan di video).
Contoh
di atas menggunakan kord C Mayor ke F Mayor:
- Pertama, Anda mainkan skala F Mayor.
- Lalu, Anda temukan progresi kord ii – V – I di skala F Mayor.
- Hasilnya, kord yang Anda dapatkan adalah Gm – C – F.
Dalam
bentuk lainnya, rumus 2 – 5 – 1 itu juga bisa berbentuk: ii – V7 – 1.
Disini,
rumus tersebut menandakan kord 2 minor; 5 dominan 7; lalu 1 atau root. Kalau
Anda terapkan ini ke progresi kord hasil skala F Mayor diatas maka Anda
mendapatkan:
Gm
– C7 – F
Bisa
Anda lihat, darimana munculnya kord C7 sebagai kord transisi?
Kembali
ke progresi kord “mentah” awal:
C
– F
Setelah ditambahkan dengan kord
transisi (yang diambil menggunakan rumus
2 – 5 – 1 dari skala Mayor kord yang dituju), maka hasilnya:C – Gm – C7 – F
Disini, Anda bisa hanya menggunakan Gm atau C7 saja sebagai kord transisi, atau keduanya:
C – Gm – F
C – C7 – F
Hasil dari kord transisi ini cenderung terdengar “jazzy”.
Untuk penjelasan dengan satu contoh lagi (yaitu kord C Mayor ke A Minor), silakan Anda merujuk kepada tutorial video diatas.
Telpon : 0822 3744 6767
largomusic44@gmail.com